Istilah “flora mikroba normal” merujuk pada populasi sekelompok mikroorganisme yang mendiami kulit dan selaput mukosa hewan dan manusia yang normal serta sehat. Masih diragukan apakah ada flora virus normal pada manusia.
Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan. (1) Flora menetap yang terdiri atas mikroorganisme yang jenisnya relative tetap dan biasa ditemukan di daerah-daerah tertentu, bila terganggu, mikroorganisme itu tumbuh kembali dengan segera. (2) Flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme nonpatogen atau potensial pathogen yang mendiami kulit atau selaput mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu, mikroorganisme ini berasal dari lingkungan sekitarnya, tidak menimbulkan penyakit, dan tidak menetap secara permanen pada permukaan kulit. Anggota flora sementara umumnya kurang berarti apabila flora penghuni normal tetap utuh. Akan tetapi, bila flora yang menetap terganggu, mikroorganisme sementara dapat berkoloni, berproliferasi dan menimbulkan penyakit.
Organisme sering ditemukan pada bahan yang diperoleh dari berbagai bagian tubuh manusia dan di anggap flora normal dicantumkan pada Tabel 1 1-1.
Tabel 1 1-1. Flora kuman normal.
Kulit
1. Staphylococcus epidermidis.
2. Staphylococcus aureus (dalam jumlah kecil).
3. Spesies Micrococcus.
4. Spesies Neisseria nonpatogen.
5. Streptokokus alfa-hemolitik dan nonhemolitik.
6. Difteroid.
7. Spesies Propionibacterium.
8. Spesies Peptostreptoccus.
9. Sejumlah kecil organism lain (spesies Candida, spesies Acinetobacter,dll)
Nasofaring
1. Kuman berikut ini adalah flora normal, berapa pun jumlahnya: Difteroid, spesies Neisseria nonpatogen, streptokokus alfa hemolitik, S epidermis, streptokokus nonhemolitik, anaerob (spesiesnya terlau banyak untuk dicantumkan; berbagai jumlah spesies Bacteroides, kokus anaerobic, difteroid, spesies Fusobacterium, dll).
2. Sejumlah kecil kuman berikut ini jika disertai organism yang tercantum di atas: ragi, spesies Haemophilus, pneumokokus, S aureus, batang gram-negatif, Neisseria meningitides.
Saluran gastrointestinal dan rectum
1. Berbagai Enterobacteriaceae kecuali spesies Salmonella, Dhigella, Yersinia, Vibrio, dan Campylobacter.
2. Batang gram-negatif yang tidak meragikan dekstrosa.
3. Enterokokus.
4. S epidermidis.
5. Streptokokus alfa-hemolitik dan nonhemolitik.
6. Difteroid.
7. Sejumlah kecil S aureus.
8. Sejumlah kecil ragi.
9. Sejumlah besar anaerob (terlalu banyak spesies untuk dicantumkan).
Genitalia
1. Berapa pun jumlah organisme berikut: spesies Corynebacterium, spesies Lactobacillus,streptokokus alfa-hemolitik dan nonhemolitik, spesies Neisseria nonpatogen.
2. Organism berikut ini bila bercampur dan tidak mendominasi; enterokokus, Enterobacteriaceae dan batang gram-negatif lain, S epidermidis, Candida albicans dan ragi lain.
3. Anaerob (terlalu banyak spesies untuk dicantumkan); yang berikut ini mungkin penting bila tumbuh sendirian atau jelas-jelas mendominasi: spesies Prevotella, Clostridium, dan Peptostreptococcus.
PERAN FLORA PENETAP
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh merupakan komensal. Mikroorganisme dapat tumbuh subur pada daerah tertentu, bergantung pada faktor-faktor fisiologik, suhu, kelembaban, serta adanya zat-zat makanan dan zat-zaat penghambat tertentu. Keberadaan mikroorganisme ini tidak penting untuk kehidupan sebab hewan “bebas bakteri” dapat di pelihara tanpa kehadiran flora mikroba normal. Flora yang menetap pada daerah-daerah tertentu memegang peranan dalam mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Anggota-anggota flora penetap dalam saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan membantu absorpsi zat-zat makanan. Pada selaput mukosa dan kulit, flora penetap dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri pathogen dan kemungkinan timbulnya penyakit melalui “interferensi bakteri”. Mekanisme interferensi bakteri ini tidak jelas, dapat berupa persaingan untuk mendapatkan reseptor atau tempat ikatan pada sel-sel inang, persaingan mendapatkan makanan, saling menghambat melalui hasil metabolik atau racun, saling menghambat dengan zat-zat antibiotika atau bakteriosin, atau mekanime lainnya. Penekanan flora normal jelas menimbulkan sebagian kekosongan local yang cenderung diisi oleh organisme dari lingkungan atau dari bagian tubuh lain. Organisme ini berlaku sebagai oportunis dan dapat menjadi pathogen.
Sebaliknya, anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu. Organisme-organisme ini menyesuaikan diri terhadap cara kehidupan tidak invasive karena adanya pembatasan lingkungan. Bila dengan paksa disingkirkan dari lingkungan yang terbatas ini dan dimasukkan ke dalam alirang darah atau jaringan, organisme-organisme ini dapat menjadi pathogen. Misalnya, streptokokus golongan viridans merupakan organisme penetap yang paling sering di temukan pada saluran pernapasan bagian atas. Bila sejumlah besar bakteri dimasukkan ke dalam aliran darah (misalnya setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi), bakteri dapat tinggal pada katup-katup jantung yang abnormal dan menimbulkan endokarditis infektif subakut. Sejumlah kecil bakteri untuk sementara berada dalam aliran darah bila terjadi trauma kecil (misalnya pembersihan karang gigi atau gosok gigi yang kuat). Bacteroides adalah bakteri penetap usus besar yang paling sering ditemukan namun tidak berbahaya bila berada di tempat ini. Bila masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam jaringan pelvis bersama dengan bakteri lainnya sebagai akibat trauma, bakteri ini menyebabkan supurasi dan bakteremia. Spiroketa, fusobakteria (basil fusiform), dan Bacteroides melaninogenicus adalah penghuni mulut yang normal. Bila terjadi kerusakan jaringan akibat trauma, defisiensi gizi, atau infeksi, bakteri ini berproliferasi dengan cepat dalam jaringan nekrotik dan menimbulkan penyakit “fusospiroketa”. Ada banyak conth lainnya, tetapi yang penting adalah bahwa mikroorganisme flora penetap normal tidak berbahaya dan mungkin bermanfaat bila berada di tempat menetapnya dan bila tidak ada kelainan-kelainan. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit bila dalam jumlah besar masuk ke tempat asing dan bila terdapat faktor-faktor predisposisi.
FLORA NORMAL PADA KULIT
Karena kulit terus-menerus berhubungan dan berkontak dengan lingkungan sekitarnya, kulit cenderung mengandung mikroorganisme sementara. Walaupun demikian, pada kulit terdapat flora penetap yang tetap dan berbatas jelas, yang di berbagai daerah anatomic dipengaruhi oleh sekresi, kebiasaan berpakaian, atau letaknya yang dekat dengan selaput mukosa (mulut, hidung, dan daerah perineum).
Sebagian besar mikroorganisme yang menetap pada kulit adalah basil difteroid aerob dan anaerob (misalnya Corynebacterium, Propionibacterium), stafilokokus nonhemolitik aerob dan anaerob (Staphylococcus epidermis, kadang-kadang Staphylococcus aureus, dan spesies Peptostreptococcus), bakteri gram-positif, aerob, pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, dan tanah, streptokokus alfa-hemolitik (streptococcus viridians) dan enterokokus (Streptococcus faecalis), serta bakteri koliform gram-negatif dan Acinetobacter. Jamur dan ragi sering terdapat pada lipatan kulit, sedangkan mikrobakteria tahan-asam yang tidak pathogen terdapat pada daerah-daerah yang banyak mengandung sekresi sebasea (genitalia, telinga luar).
Faktor-faktor yang mungkin penting untuk menghilangkan mikroorganisme bukan penetap dari kulit adalah pH yang rendah, asam_asam lemak yang terdapat dalam sekresi sebasea, dan adanya lisozim. Keringat yang berlebihan ataupun mencuci dan mandi tidak dapat menghilangkan atau mengubah secara bermakna flora penetap normal. Jumlah mikroorganisme superficial dapat dikurangi dengan menggosok setiap hari memakai sabun yang mengandung heksaklorofen, atau disinfektan lainnya, tetapi flora tersebut secara cepat diganti kembali dengan organisme dari kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, meskipun kontak dengan daerah-daerah kulit lain atau lingkungan sekitarnya telah ditiadakan. Pemakaian baju yang menutupi kulit secara ketat cenderung mengakibatkan peningkatan populasi total mikroorganisme dan dapat pula menimbulkan pergantian flora secara kualitatif.
Bakteri anaerob dan aerob seringkali besarnya sama menimbulkan infeksi yang sinergis (gangrene, fasciitis nekrosis, selulitis) pada kulit atau jaringan lunak. Bakteri sering merupakan bagian dari flora
FLORA NORMAL PADA MULUT DAN SALURAN PERNAPASAN BAGIAN ATAS
Flora hidung terdiri dari korinekbakteria, stafilakokus (S epidermis, S aures) yang menetap, dan streptokokus.
Selaput mukosa dan faring seringkali steril waktu lahir, tetapi dapat berkontaminasi waktu keluar melalui jalan lahir. Dalam 4 – 12 jam setelah lahir, strepkokus viridians menetap sebagai anggota flora yang paling utama dan tetap seperti ini selama hidup. Mikroorganisme ini mungkin berasal dari saluran pernapasan ibu dan perawat. Pada awal kehidupan, jenis flora bertambah dengan stafilokokusaerob dan anaerob, diplokokus gram negative, difteroid, dan kadang – kadang laktobasil. Bila gigi mulai keluar, spiroketa anaerob,bacteroides, spesies Fusobacterium, spesies Rothia dan Capnocytophaga, beberapa vibrio anaerob serta laktobasil akan menetap. Spesies Actinomyces dalam keadaan normal terdapat dalam jaringan tonsil dan gingival orang dewasa. Ragi (spesies Candida) terdapat dalam mulut.
Dalam faring dan trakea, flora yang sama akan menetap, sementara hanya ditemuka sedikit bakteri dalam bronki normal. Bronki kecil dan alveoli dalam keadaan normal bersifat steril. Mikroorganisme utama dalam saluran pernapasan bagian atas, khususnya faring, adalah streptokokus nonhemoliyik dan alfa – hemophilus, serta neiseria. Stafilokokus, difteroid, Haemophilus, pneumokokus, Mycoplasma, dan Prevotella juga ditemukan.
Infeksi pada mulut dan saluran pernapasan seringkali melibatkan bakteri anaerob. Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis, dan mastoiditis terutama disebabkan oleh Prevotella Melaninogenica, Fusobacterium dan peptostreptokokus. Aspirasi air liur (berisi 102 organisme ini dan bentuk anaerob) dapat menimbulkan pneumonia nekrosis, abses paru, dan empiema.
Peranan Flora Normal Mulut pada Karies gigi
Karies adalah suatu kerusakan gigi yang dimulai pada permukaan gigi dan berkembang kea rah dalam. Mula – mula permukaan email, yang keseluruhannya nonseluler, mengalami demineralisasi. Hal ini terjadi akibat pengaruh asam hasil peragian bakteri. Dekomposisi dentin dan semen yang terjadi selanjutnya akan meliputi pencernaan matriks protein oleh bakteri.
Langkah pertama yang penting pada karies asalah pembentukan plak pada permukaan email yang keras dan halus. Plak ini terutama terdiri atas endapan gelatin dari glukan yang mempunyai berat molekul besar; di sini bakteri penghasil asam melekat pada email. Polimer karbohidrat (glukan) terutama dihasilkan oleh streptokokus (Streptococcus Mutans, peptostreptokokus), mungkin melalui kerja sama dengan aktinomisetes. Terdapat kolerasi yang kuat antara adanya S mutans dengan karier pada tmpat – tempat khusus di email. Langkah kedua yang penting pada pembentukan karies adalah pembentukan sejumlah asam (pH 5,0) dari karbohidrat oleh streptokokus dan laktobasil dalam plak. Konsentrasi asam yang tinggi mengakibatkan demineralisasi email yang berdekatan dan menimbulkan karies.
Pada hewan percobaan “bebas – bakteri”, streptokokus kariogenik dapat merangsang pembentukan plak dan karies. Perlekatan pada permukaan yang halus memerlukan sintesis polimer glukan, yang larut dalam air, oleh glukosiltransferase dan pengikutsertaan tempat ikatan pada permukaan sel mikroba. (mungkin polimer karbohidrat juga membantu pelekatan beberapa streptokokus pada permukaan endokardium). Anggota mikroflora mulut yang lain, misalnya Veillonella, dapat membentuk kompleks bersama glukosiltransferase dari Streptococcus salivarius dalam saliva dan kemudian mensintesis polimer karbohidrat yang tidak larut dalam air untuk melekat pada permukaan gigi. Perlekatan ini mungkin dimulai dari antibody IgA terhadap S mutans yang ada dalam saliva. Difteroid tertentu dan streptokokus yang menghasilkan levan dapat menimbulkan kerusakan khusus pada penyakit periodontal.
Mikroorganisme preotolitik, termasuk aktinomisetes dan bakteri – bakteri, berperan pada daya kerja bakteri terhadap dentin yang menyertai kerusakan pada email. Timbulnya karies bergantung juga pada factor lainnya. Pengendalian karies meliputi pembuangan plak secara fisik, pembatasan makanan dan minuman yang mengandung sukrosa, gizi yang baik dengan cukup protein, dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut dengan pembatasan karbonhidrat dan sering membersihkan mulut. Fluoride pada pasta gigi dan fluoride dalam air minum mengakibatkan peningkatan resistensi email terhadap asam. Untuk mengendalikan penyakit periodontal, kalkulus (karang gigi) perlu dibuang dan kebersihan mulut perlu djaga.
Kantung – kantung periodontal dalam gingival merupakan sumber yang kaya akan organisme, termasuk anaerob, yang jarang ditemukan di tempat lain. Meskipun organisme ini dapat turun serta menyebabkan penyakit periodontal dan destruksi jaringan, perhatian terhadap organism ini timbul bila ditemukan menetap di tempat lain, misalnya menimbulkan endokarditis infektif atau bakteremia pada penderita granulopenia. Contohnya adalah spesies Capnocytophaga dan Rothia dentocariosa. Spesies Capnocytophaga berbentuk fusiform, gram-negatif, anaerob peluncur; Spesies Rothia berbentuk batang pleomorfik, aerob, gram-positif. Mumgkin keduanya ikut serta dalam flora mikroba kompleks pada penyakit periodontal yang menyebabkan kerusakan tulang yang menonjol. Pada penderita granulopenia yang imunodefisien, organism ini dapat menyebabkan lesi oportunis yang berat pada organ – organ lain.
FLORA NORMAL SALURAN PENCERNAAN
Pada waktu lahir usus bersifat steril, tetapi jasad renik segera masuk bersama dengan makanan. Pada anak yang disusui, usus mengandung banyak streptokokus asam laktat dan laktobasil. Makroorganisme aerob dan anaerob, gram-negatif serta tidak dapat begerak ini (misalnya Bifidobacterium) menghasilkan asam dari karbohidrat dan tahan pada PH 5,0. Pada anak-anak yang mendapat susu botol, terdapat lebih baanyak flora campuran dalam susu, sedangkan laktobasil kurang mencolok. Dengan berkembangnya kebiasaan makan menuju ke pola orang dewasa, flora usus berubah. Makanan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap susunan relative flora usus dan tinja. Usus neonates dalam perawatan bayi intensif, cenderung dihuni oleh Enterobacteriaceae, misalnya Klebsiella, Citrobacter, Enterobacter.
Pada orang dewasa normal, esophagus mengandung mikroorganisme yang berasal dari saliva dan makanan. Keasaman lambung mempertahankan jumlah mikroorganisme yang minimal (103-105/g isi lambung), kecuali bila obstruksi pylorus mempermudah proliferasi kokus dan basil gram-positif. pH lambung yang asan dengan nayta bersifat melindungi terhadap infeksi oleh beberapa bakteri pathogen usus, misalnya kolera. Pemberian simetidin dan penderita tukak lambung menyebabkan peningkatan flora mikroba lambung, termasuk organism yang umumnya terdapat dalam tinja. Bila pH isi lambung menjadi basa, flora penetap lambat laun akan bertambah. Pada duodenum dewasa, terdapat 103-106 bakteri/g isi lambung; dalam jejunum dan ileum, 105-108 bakteri/g isi; dan dalam sekum dan kolon transversum, 108-1010 bakteri/g. pada usus halus bagian atas terutama terdapat laktobasil dan enterokokus, tetapi dalam ileum bagian bawah dan sekum, floranya merupakan flora tinja. Pada kolon sigmoid dan rectum, terdapat sekitar 10 11 bakteri/g isi; ini merupakan 10-30% massa tinja. Pada diare, bakteri yang terkandung dapat banyak berkurang, sedangkan pada usus yang statis jumlahnya meningkat.
Pada kolon orang dewasa normal, flora bakteri yang menetap terdiri dari 96-99% anaerob; Bacteroides, khususnya Bacteroide fragilis; spesies Fusobacterium; laktobasil anaerob, misalnya Bifidobacterium; klostridia (Clostridium perfringes, 103-105/g); dan kokus gran-positif anaerob (spesies Peptostreptococcus). Hanya 1-4 % di antaranya aerob fakultatif (kuman koliform gram-negatif, enterokokus, dan sejumlah kecil Proteus, Pseudomonas, laktobasil ,Candida, mikroorganisme lainnya). Lebih dari 100 tipe mikroorganisme terdapat dalam flora tinja normal secara terus-menerus. Trauma ringan (misalnya sigmoidoskopi, barium enema) dapat mengakibatkanbakteremia sementara pada sekita 10 % tindakan.
Bakteri usus berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu dan asam-asam empedu, penyerapan zat-zat makanan dan hasil-hasil pemecahannya, serta perlawanan terhadap mikroorganisme pathogen. Flora usus menghasilkan aminia dan hasil pemecahan lainnya yang diabsorpsu dan dapat mengakibatkan koma hepatikum. Di antara kuman koliform aerob, hanya beberapa serotype yang menetapkan dalam kolon dalam waktu yang lama, sedangkan sebagian besar serotype Escherichia coli hanya terdapat selama beberapa hari.
Obat-obatan antimikroba yang diberikan melalui mulut, pada manusia untuk sementara dapat menekan unsur-unsur flora tinja yang peka obat. Hal ini sering dilakukan sebelum operasi usus dengan pemberian obat-obat yang tidak larut melalui mulut. Misalnya, neomisin ditambah eritromisin dapat menekan sebagian flora usus dalam 1-2 hari, terutama yang aerob. Metronidazol dapat melakukan fungsi tersebut pada organism yang anaerob. Bila pembedahan usus bagian bawah dilakukan pada saat jumlah bakteri paling sedikit, pencegahan terhadap infeksi karena pencemaran isi usus dapat dilakukan. Namun, segera setelah itu jumlah flora tinja kembali normal atau lebih tinggi dari normal, terutama organism yang terseleksi karena relative resisten terhadap obat yang dipakai. Mikroorganisme yang peka-obat akan digantikan oleh mikroorganisme yang resisten terhadap obat yang dipakai. Mikroorganisme yang peka-obat akan digantikan oleh mikroorganisme yang resisten-obat, khususnya stafilokokus, Enterobacter,enterokokus, Proteus, Pseudomonas, Closrtidium difficile, dan ragi.
Lactobacillus acidophilus yang dimakan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan mikroorganisme tersebut menetap untuk sementara dalam usus dan menekan sebagian mikroflora usus lainnya.
Flora anaerob pada kolon antara lain B fragilis, klostridia, dan peptostrepkokus yang mamainkan peranan utama dalam pembentukan abses yang mandahului perforasi usus. Prevotella bivia dan Prevotella disiens penting dalam pembentukan abses pelvis pada organ genital wanita. Seperti B fragilis, spesies ini relative resisten terhadap penisilin, karena itu, sebaiknya digunakanobat efektif yang lain.
FLORA NORMAL PADA URETRA
Uretra anterior pria dan wanita mengandung sedikit mikroorganisme yang berjenis sama seperti yang terdapat pada kulit dan perineum. Mikroorganisme tersebut biasanya terdapat dalam air kemih normal, yang dikeluarkan dalam jumlah 102 - 104 /mL.
FLORA NORMAL PADA VAGINA
Segera setelah lahir, laktobasil aerob dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam ( beberapa minggu). Ketika pH menjadi netral (tetap demikian sampai pubertas), terdapat flora campuran kokus basil. Pada waktu pubertas, laktobasil aerob dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah besar dan mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat, khususnya glikogen.
Hal ini merupakan mekanisme penting untuk mencegah menetapnya mikroorganisme lain, yang mungkin merugikan, dalam vagina. Bila laktobasil ditekan dengan pemberian obat – obat antimikroba, jumlah ragi atau bakteri lainnya akan bertambah dan menyebabkaniritasi dan peradangan. Setelah menopause, laktobasil kembali berkurang jumlahnya dan flora campuran muncul kembali. Dalam flora vagina normal juga ditemukan streptokokus hemolitik golongan B, streptokokus anaerob (peptostreptokokus),spesies Bacteroides, klostridia, Gardnerella (haemophillus) vaginalis, Ureaplasma urealyticum, dan kadang – kadang Listeria atau spesies Mobiluncus. Lender serviks mempunyai aktivitas antimikroba dan mengandung iisozim. Pada beberapa wanita, introitus vagina mengandung banyak flora yang menyerupai flora daerah perineum dan perianal.
Hal ini mungkin merupakan factor predisposisi terjadinya infeksi saluran kemih yang berulang. Mikroorganisme vagina yang terdapat pada saat melahirkan dapat menimbulkan infeksi pada bayi yang baru lahir (misalnya, strepkokus golongan B).
FLORA NORMAL PADA MATA (KONJUNGTIVA)
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah diteroid (Corynebacterium xerosis), S epidermidis, dan streptokokus nonhemolitik. Neiseria dan basil gram – negative yang mempunyai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali ada juga.flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh air mata, yang mengandung lisozim antimikroba.
REFERENSI:
Jawetz, Ernest, et al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar